KISAH

LELAKI YANG TEPAT
BEBERAPA hari menjelang pernikahan Elia, Margaretha mengajak puteri kesayangannya mengunjungi sebuah area pabrik di pinggiran perkotaan. Mereka menghentikan mobil pada sisi jalan yang sepi. Lalu dari balik kaca , Margaretha meminta Elia untuk memperhatikan seorang lelaki yang tengah mendorong trol berisi tumpukan barang memasuki pintu gerbang sebuah pabrik.
“Elia, setelah kamu melihatnya, ibu ingin mendengar langsung bagaimana pendapatmu mengenai lelaki itu. Nilailah secara jujur, supaya ibu bisa mengerti bagaimana pendapatmu mengenai dirinya,” kata Margaretha pada Elia yang masih terlihat bingung menduga-duga maksud dari permintaan ibunya.
Meski agak ragu, Elia mulai menilai lelaki itu dari beberapa sudut. Dari sudut fisik, lelaki itu tergolong sebagai lelaki tampan. Hanya saja, kehidupan yang sangat berat, tampaknya telah banyak memangkas gurat-gurat ketampanannya. Sedang dari sudut kesejahteraan, lelaki itu pastilah cenderung hidup berkekurangan, sebab gaji seorang buruh pabrik sangatlah kecil.
Usai mendengar penuturan Elia, Margaretha mengelus rambut puterinya. Dia lalu berkata; “Dia lelaki yang baik, Elia. Bahkan karena kebaikannya, dia merelakan ibu menikah dengan ayahmu. Dia ingin ibu hidup bahagia. Bisakah kamu bayangkan bagaimana kehidupan ibu bila benar-benar menikah dengannya? Inilah salah satu alasan kenapa ibu selalu sulit untuk menyetujui beberapa lelaki yang kamu kenalkan dulu. Karena ibu ingin kamu mendapatkan lelaki yang tepat.”